100 Hari Pertama: Menapaki Jalan Baru Menuju NTT yang Maju

EDITORIAL, Suluhdesa.com – Langit fajar menyapu cakrawala Kupang dengan semburat jingga, menandai awal yang baru bagi Nusa Tenggara Timur. Di dalam ruang sidang utama, di bawah gemerlap lampu yang memantulkan harapan, Gubernur Melki Laka Lena berdiri tegak. Suaranya mengalun, meresapi dinding-dinding rapat paripurna, membawa pesan perubahan yang telah lama dinanti.

“Sebagai langkah awal 100 hari pertama, kami telah menyiapkan enam program prioritas,” ujar Melki.

Bacaan Lainnya

Kata-katanya lebih dari sekadar janji politik, tetapi sebuah komitmen untuk menata fondasi bagi NTT yang lebih maju, sehat, dan sejahtera.

Sebuah Langkah Awal, Sebuah Komitmen Jangka Panjang

Bukan sekadar program seratus hari yang berlalu begitu saja, enam langkah cepat ini adalah batu loncatan menuju impian besar: NTT yang berdaya. Masyarakat tidak butuh wacana, mereka butuh aksi nyata, dan itulah yang kini digulirkan oleh Melki dan Wakil Gubernur Johanis Asadoma.

Program pertama menyoroti masa depan: anak-anak NTT. Dalam upaya menekan angka stunting, posyandu diperkuat, kader kesehatan dilatih, dan edukasi gizi diperluas. Tidak ada anak yang boleh tumbuh dengan asa yang terhambat karena kekurangan gizi.

Di bidang ekonomi, “Gerakan Beli NTT” hadir sebagai upaya membangkitkan semangat kemandirian. Produk-produk lokal diangkat, usaha kecil diperkuat, dan pasar diperluas agar setiap tetes keringat petani dan pengrajin tak sia-sia.

Melangkah lebih jauh, konsep One Village One Product (OVOP) didorong sebagai motor penggerak desa. Keunikan lokal diangkat menjadi keunggulan global, memastikan bahwa setiap desa di NTT memiliki kebanggaan tersendiri dalam produk unggulannya.

Di dunia pendidikan, Melki-Johni merajut asa bagi para pelajar. Bukan hanya membangun gedung sekolah, tetapi juga membangun impian. Program pendampingan siswa untuk memasuki sekolah kedinasan dan perguruan tinggi ternama di Indonesia pun dicanangkan.

Namun, apa gunanya pembangunan tanpa keuangan yang sehat? Maka, pengelolaan aset daerah diperbaiki, digitalisasi diterapkan, dan sumber pendapatan baru diciptakan agar NTT bisa berdiri kokoh secara finansial.

Dan akhirnya, pondasi utama yang mengikat semuanya: birokrasi yang bersih dan efisien. Tak ada lagi jabatan kosong yang menghambat pelayanan. Tak ada lagi birokrasi yang bertele-tele. Semua bergerak dalam satu tarikan nafas: demi rakyat.

Bukan Sekadar Retorika, Ini Adalah Perjuangan

NTT bukanlah daerah tanpa tantangan. Kemiskinan masih mencengkeram, angka pengangguran mengintai, dan ketimpangan masih terasa. Tetapi di balik angka-angka itu, ada harapan yang mulai menyala. Ada pemimpin yang berani mengambil langkah besar.

Visi Melki-Johni bukan sekadar kata-kata indah dalam pidato, tetapi cita-cita yang harus dirajut bersama. NTT yang maju, sehat, cerdas, sejahtera, dan berkelanjutan bukanlah mimpi kosong. Itu adalah tujuan yang kini mulai diukir dengan keringat, strategi, dan kerja sama semua elemen masyarakat.

Di penghujung pidatonya, Gubernur Melki mengangkat tangan, seakan mengajak seluruh rakyat NTT untuk berjalan bersamanya.

“Ayo bangun NTT,” serunya.

Dan gema suaranya pun menjalar ke seluruh penjuru, menyalakan harapan baru bagi tanah Flobamora. (*)

Pos terkait