TPU Ikebana Kupang: Menghidupkan Filosofi Kematian Nagekeo dan Wujud Nyata Solidaritas Warga di Perantauan

TPU Ikebana Kupang: Menghidupkan Filosofi Kematian Nagekeo dan Wujud Nyata Solidaritas Warga di Perantauan

Kupang, Suluhdesa.com — Suasana haru dan penuh makna menyelimuti lokasi Oelnasi, Kecamatan Kupang Tengah, Minggu (11/5), saat warga Ikebana Kupang memulai pekerjaan pembersihan lahan untuk pembangunan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ikebana.

Acara ini diawali dengan doa pemberkatan oleh Pater Apolinarius Wawo Koa, SVD, dilanjutkan upacara adat dan peletakan batu pertama oleh lima tokoh penting: Tuan Tanah, Sesepuh Bapak Martinus Ora, Kepala Desa Oelomin Bapak Yusak Lionati, Bapak Marsianus Jawa, dan Ibu Maria Rosalinda Uta Teku.

Dalam sambutannya, sesepuh Ikebana, Bapak Martinus Ora, menjelaskan bahwa inisiatif ini berakar dari filosofi mendalam masyarakat Nagekeo terkait kematian.

Dalam bahasa daerah disebut Tama Tuka Ine, yang secara harfiah berarti “masuk kembali ke rahim mama”.

Namun dalam makna budaya, ini diartikan sebagai Tama ena tuka Ine Tana, Ame Watu — manusia kembali ke tanah (ibu) dan batu (ayah), karena manusia berasal dari keduanya.

“Filosofi ini sangat selaras dengan iman Katolik. Kita percaya bahwa kematian adalah jalan masuk ke dalam Kerahiman Allah. Maka kami, warga Nagekeo di Kupang, merasa terpanggil untuk mempersiapkan tempat yang layak dan bermartabat sebagai peristirahatan terakhir bagi sesama saudara,” tutur pensiunan guru ini.

Ketua Ikebana Kupang, Marsianus Jawa, menambahkan bahwa pengadaan TPU ini sekaligus sebagai dukungan nyata terhadap Peraturan Daerah Kota Kupang yang mewajibkan pemakaman di TPU resmi.

“Kami tidak ingin warga Ikebana terus terbebani biaya pemakaman yang tinggi. Karena itu, TPU Ikebana kami desain dengan konsep sederhana dan adil — ukuran kubur sama, bentuk dan bahan juga sama, agar tidak ada kesenjangan antarwarga,” jelasnya.

Disain Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ikebana Kupang

Untuk meringankan beban warga, pengurus Ikebana menetapkan biaya sebesar Rp 1.000.000 per KK, yang bisa dicicil. Dana ini digunakan untuk proses pengadaan dan pembangunan TPU.

Tak hanya itu, TPU ini dirancang seperti sebuah taman — bukan sekadar tempat pemakaman, tetapi juga ruang refleksi dan rekreasi masyarakat.

“Kita ingin menghadirkan nuansa damai, sejuk, dan tenang di tengah duka,” tambah Ketua Ikebana.

Kepala Desa Oelnasi, Bapak Yusak Leonati, turut hadir dan menyampaikan dukungan penuh terhadap rencana pembangunan TPU Ikebana.

“Pemerintah desa siap mendukung dan memfasilitasi segala bentuk kegiatan Ikebana di wilayah kami,” ujarnya.

TPU Ikebana dibangun di atas lahan seluas 8.375 meter persegi, dan diproyeksikan mampu menampung sekitar 1.600 liang kubur.

Ini menjadi langkah awal yang monumental bagi komunitas Ikebana Kupang dalam menjawab kebutuhan nyata warganya dengan pendekatan budaya, iman, dan solidaritas.

Momentum hari ini bukan sekadar seremoni, tetapi menjadi simbol kebangkitan kesadaran komunitas perantauan akan pentingnya berbagi beban, memuliakan kematian, dan menjaga nilai leluhur.

“Hari ini adalah hari luar biasa bagi keluarga besar Ikebana di Kupang. Semoga seluruh proses pembangunan berjalan lancar dan penuh berkat,” pungkas Ketua Ikebana dengan penuh harap. (*/gbm)

Pos terkait