SULUH DESA | Di tengah heningnya malam, pada tanggal 8 Oktober 2024, Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, Uskup Maumere yang terhormat, melangkah ke dalam pelukan abadi, meninggalkan jejak yang takkan pudar di hati umatnya.
Sejak 19 Januari 2008 hingga 14 Juli 2018, ia memimpin dengan cinta dan kebijaksanaan.
Sebelumnya, sejak 21 Desember 1985, ia mengemban tugas mulia sebagai Uskup Weetebula.
Kepergiannya adalah kehilangan yang mendalam, tetapi warisannya akan terus mengalir dalam setiap doa dan harapan.
Kherubim Pareira, nama yang akrab di telinga, lahir di dunia ini sebagai cahaya dari pasangan Aloysius Yulius dan Elisabeth da Iku Pareira, menjadi putra kelima dari dua belas bersaudara.
Dalam lembutnya pelukan orang tua, ia menemukan inspirasi untuk mengejar panggilannya.
Aloysius, penilik Sekolah Dasar di Kabupaten Flores Timur, meninggalkan dunia ini pada tahun 1963, sedangkan Elisabeth, ibu yang penuh kasih, menyusul pada tahun 1999.
Dalam kesunyian, kenangan mereka membentuk fondasi kuat bagi perjalanan hidupnya.
Sejak belia, Kherubim telah menempuh jalan pendidikan.
Dari tahun 1947 hingga 1950, ia menapaki langkah pertamanya di ALS di Maumere, sebelum melanjutkan ke Ndao.
Langkah demi langkah, ia mengukir masa kecilnya di Sekolah Rakyat di Lela, dan akhirnya berlabuh di Larantuka, tempat di mana cita-citanya mulai bermekaran.
Pada tahun 1954, dengan tekad yang tak tergoyahkan, ia melangkah ke seminari, tempat di mana panggilan Tuhan memanggilnya.
Dari tahun 1954 hingga 1961, ia menggali ilmu di SMP Seminari Menengah San Dominggo, Hokeng, dan melanjutkan ke SMA Seminari Menengah Santo Yohanes Berchmans, Mataloko.
Dalam pencarian jati diri, ia menjalani novisiat di STFK Santo Paulus, Ledalero, di mana pada 20 Agustus 1963, ia mengucapkan Kaul Pertama, meneguhkan komitmennya untuk melayani.
Di tengah studi Filsafat dan Tahun Orientasi Pastoral, Kherubim menemukan cahaya dalam semangatnya untuk melayani umat.
Pada 8 Desember 1970, ia mengikatkan diri dalam Kaul Kekal sebagai biarawan Serikat Sabda Allah, dengan penuh keyakinan bahwa panggilan ini adalah bagian dari takdirnya.
Di panggung pelayanan, Kherubim ditahbiskan sebagai imam pada 22 Agustus 1971.
Dengan motto imamatnya, “Tuhanlah kekuatanku, madahku dan keselamatanku” (Mzm 118:14), ia mengawali perjalanan suci sebagai pelayan.
Sejak 1972, ia menjadi Pembantu Prefek di SMP Seminari Pius XII Kisol, lalu melanjutkan studi di Universitas Kepausan di Roma.
Kembali ke tanah air, Kherubim memegang berbagai jabatan, termasuk Rektor dan Direktur Seminari Menengah Pius XII Kisol, hingga terpilih sebagai Uskup Weetebula pada 21 Desember 1985.
Dalam penahbisan pada 25 April 1986, ia mengusung moto episkopat, “Ut Omnes Unum Sint” (Yoh 17:21), seruan untuk persatuan dalam keragaman.
Kepemimpinannya membentang jauh, menjadi Penahbis Pendamping bagi Uskup Maumere dan Atambua, serta mengukir prestasi sebagai Uskup Maumere sejak 19 Januari 2008.
Dengan kelembutan dan ketegasan, ia menjembatani jarak antara hati umat dan sang Pencipta, membawa damai dan harapan dalam setiap langkahnya.
Pada 27 September 2016, Mgr. Kherubim Pareira resmi mengajukan pengunduran diri, menandai akhir sebuah babak dalam hidupnya.
Dengan penuh rasa syukur, ia menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada Mgr. Ewaldus Martinus Sedu pada 14 Juli 2018, mengakhiri tugasnya sebagai Uskup Maumere.
Dalam momen bersejarah itu, ia berperan sebagai Uskup Penahbis Utama, melanjutkan tradisi pelayanan yang ia tanamkan.
Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, sosok yang takkan terlupakan. Dalam keheningan malam, namanya terukir dalam setiap doa, setiap harapan.
Warisannya akan abadi, seperti bintang di langit yang tak pernah padam.
Kini, ia beristirahat dalam damai, menyatu dengan cahaya kasih yang ia sebarkan sepanjang hidupnya.
Selamat jalan Bapak Uskup.