SULUH DESA | Simon Petrus Kamlasi, seorang putra daerah Nusa Tenggara Timur, adalah sosok yang telah menorehkan sejarah dalam upayanya memperjuangkan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat di kampung halamannya.
Dilahirkan di Soe, Timor Tengah Selatan, NTT, pada 14 April 1975, Simon adalah anak dari pasangan Moses Kamlasi dan Janse Halena, keduanya pensiunan guru.
Kehidupan sederhana dan keras di tanah kelahirannya membentuk karakter Simon yang teguh, tegas, dan berkomitmen untuk mengubah nasib daerahnya yang gersang.
Sejak kecil, Simon sudah merasakan betapa sulitnya akses air di NTT, terutama saat musim kemarau.
Di masa itu, masyarakat harus berjalan jauh ke sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kenangan akan perjuangan berat mengangkut air dari sungai atau sumur ini selalu terpatri dalam benak Simon kecil, membangkitkan tekad kuat dalam dirinya untuk suatu saat nanti berbuat sesuatu yang besar untuk kampung halamannya.
Perjalanan Pendidikan dan Karir Militer
Simon menghabiskan masa kecil dan remaja di Soe, menyelesaikan pendidikan dasarnya di kampung halaman sebelum melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dengan prestasi akademik yang gemilang, Simon diterima di SMA Taruna Nusantara, sebuah sekolah unggulan yang dikenal mencetak generasi pemimpin bangsa.
Lulus dari SMA pada tahun 1993, Simon memilih jalur yang berbeda dari cita-citanya sebagai insinyur; dia bergabung dengan Akademi Militer (Akmil), sebuah keputusan yang didorong oleh keadaan ekonomi keluarga yang sederhana namun sarat dengan keinginan untuk mengabdi kepada negara.
Pada tahun 1996, Simon lulus dari Akmil sebagai perwira muda di Korps Peralatan (CPL), dan memulai karir militernya dengan pangkat Letnan Dua di Kodam XVII/Trikora di Papua.
Di sana, ia mulai menekuni tugas-tugasnya sebagai seorang perwira teknik, sekaligus menggali ilmu dan pengalaman dalam bidang yang sangat dekat dengan keteknikan, keahliannya yang kelak akan sangat bermanfaat bagi masyarakat.
Seiring dengan perjalanan karirnya yang terus menanjak, Simon menunjukkan ketekunan dan dedikasi yang luar biasa.
Dia menempuh berbagai pendidikan militer dan menjalani penugasan di berbagai wilayah, dari Irian Jaya hingga Jakarta.
Di setiap tempat, Simon tak hanya berfokus pada tanggung jawab militernya, tetapi juga terus mencari cara untuk mengaplikasikan pengetahuan tekniknya untuk membantu masyarakat sekitar.
Kembali ke NTT: Awal Perjuangan Membawa Air Kehidupan
Pada tahun 2024, setelah lebih dari dua dekade bertugas di berbagai tempat, Simon Petrus Kamlasi akhirnya diberi kesempatan untuk kembali ke tanah kelahirannya sebagai Komandan Detasemen Peralatan (Dandenpal) di Kupang, Paldam IX/Udayana.
Kembalinya Simon ke NTT disambut dengan rasa haru, sekaligus rasa prihatin melihat kondisi kampung halaman yang masih berkutat dengan masalah lama: kekeringan dan sulitnya akses air bersih.
Simon tidak tinggal diam. Dengan dorongan dari keluarga dan pengalamannya sebagai perwira teknik, ia mulai merencanakan sebuah inovasi yang kelak akan menjadi salah satu solusi bagi masalah air di NTT.
Berdasarkan pengetahuannya tentang mekanika fluida, hukum Pascal, Archimedes, dan prinsip kontinuitas Bernoulli, Simon menciptakan sebuah pompa hidrolik sederhana namun efektif.
Pompa ini tidak memerlukan bahan bakar atau listrik, sehingga sangat cocok untuk wilayah-wilayah terpencil yang sulit diakses oleh infrastruktur modern.
Pompa hidrolik ciptaannya bekerja dengan prinsip tolak balik, mirip dengan mekanisme yang digunakan pada meriam.
Teknologi ini memungkinkan air dipompa dari lembah-lembah atau sumber-sumber air rendah ke daerah yang lebih tinggi tanpa biaya besar, energi listrik, atau bahan bakar.
Dengan teknologi ini, Simon berharap dapat mendekatkan air ke pemukiman penduduk dan mengurangi kesulitan yang mereka hadapi dalam mendapatkan air bersih.
Dampak Besar bagi Masyarakat NTT
Pemasangan pompa hidrolik buatan Simon dimulai di beberapa desa terpencil di NTT. Awalnya, Simon menggunakan dana pribadi dan bantuan dari keluarga untuk membiayai proyek ini.
Namun, seiring dengan keberhasilan uji coba dan dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat, proyek ini mendapat dukungan penuh dari pimpinan TNI Angkatan Darat.
Dengan dorongan dari Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), Simon berhasil mengembangkan dan memasang 13 unit pompa hidrolik di berbagai wilayah di NTT.
Keberhasilan ini mendorong TNI AD untuk memproduksi 86 unit pompa tambahan, yang tidak hanya akan dipasang di NTT, tetapi juga di daerah-daerah lain yang mengalami masalah serupa, seperti Kalimantan, Maluku, Wonosari, Serang Banten, Bali, dan NTB.
Bagi masyarakat yang telah terbiasa dengan sulitnya mendapatkan air, inovasi ini disambut dengan antusiasme luar biasa.
Mereka berbondong-bondong datang ke Denpal Kupang untuk meminta giliran pemasangan pompa di desa mereka.
Partisipasi masyarakat dalam pemasangan dan pemeliharaan pompa juga sangat tinggi, memperlihatkan betapa besar dampak sosial dari proyek ini.
Melalui program ini, TNI AD sekali lagi memperlihatkan bahwa mereka tidak hanya bertugas untuk menjaga keamanan, tetapi juga menjadi bagian dari upaya pembangunan dan kesejahteraan rakyat.
Pengabdian yang Tiada Henti
Meski telah mencapai banyak hal dalam karir militernya, Simon tetap rendah hati.
“Saya tidak ingin bermimpi muluk-muluk menjadi panglima,” tuturnya, “cukup menjadi prajurit yang bisa mengaplikasikan kemampuan teknik untuk membantu masyarakat di sekeliling saya.”
Bagi Simon, pangkat dan jabatan adalah sesuatu yang diatur oleh Tuhan, dan yang terpenting adalah pengabdian yang nyata.
Pada tahun 2024, Simon Petrus Kamlasi dilantik menjadi Brigadir Jenderal TNI oleh Panglima TNI Jenderal Agus Subyanto.
Pelantikan ini berlangsung di Markas Besar TNI Angkatan Darat, Jakarta, sebuah pencapaian yang luar biasa bagi Simon yang berasal dari daerah terpencil.
Namun, di balik keberhasilan ini, Simon tetap memegang teguh komitmennya untuk kembali mengabdi kepada masyarakat NTT.
Simon juga memutuskan untuk mengundurkan diri dari dinas militer dan mencalonkan diri sebagai gubernur NTT dalam Pilkada 2024.
Keputusannya ini didorong oleh aspirasi masyarakat yang menginginkan pemimpin yang peduli dan memahami permasalahan lokal.
Simon yakin, dengan pengalaman dan jaringan yang dimilikinya, dia dapat membawa perubahan yang lebih besar bagi NTT melalui jalur politik.
Warisan Hidup
Simon Petrus Kamlasi tidak hanya tentang membawa air ke tanah gersang, tetapi juga tentang memberi harapan dan inspirasi bagi generasi muda di NTT.
Ia telah membuktikan bahwa dengan tekad yang kuat, inovasi, dan kerja keras, setiap orang bisa memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.
Simon selalu mengatakan bahwa air kehidupan ini akan terus menjadi saksi bisu dari perjuangan dan peran TNI AD di tengah masyarakat.
Melalui inovasinya, Simon telah menanamkan pesan bahwa pengabdian tidak mengenal batas; pengabdian bisa dilakukan di mana saja dan oleh siapa saja.
Dengan semangat ini, Simon Petrus Kamlasi akan selalu dikenang sebagai sosok yang berjasa dalam memperjuangkan kesejahteraan rakyat dan pembangunan di tanah kelahirannya, Nusa Tenggara Timur.
Simon Petrus Kamlasi adalah teladan nyata dari seorang pemimpin yang berangkat dari kesederhanaan namun memiliki visi besar.
Melalui perjuangannya dalam menghadirkan air bersih ke daerah-daerah yang kekurangan air, ia telah menunjukkan bahwa seorang prajurit tidak hanya bertugas di medan perang, tetapi juga di garis depan pembangunan dan kesejahteraan rakyat.
Dengan tekad kuat, inovasi, dan pengabdian tanpa henti, Simon Petrus Kamlasi telah menjadi inspirasi bagi banyak orang, tidak hanya di NTT, tetapi juga di seluruh Indonesia. (*)
Dapatkan breaking news dan berita pilihan langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu untuk mengakses berita di Suluhdesa.com melalui WhatsApp Channel: https://whatsapp.com/channel/0029Vao6NpuDp2Q6ELnczR3P. Pastikan aplikasi WhatsApp sudah terpasang di ponselmu!