Ruteng, suluhdesa.com– Kemampuan Masyarakat menghadapi, merasakan dan bangkit dari berbagai persoalan adalah konsep ketangguhan. Persoalan ini bisa timbul dari masyarakat itu sendiri maupun lingkungan alam berupa bencana seperti perubahan iklim yang saat ini sedang dirasakan. Keadaan ini membuat PMI Manggarai, Flores, NTT sebagai lembaga kemanusiaan terus melakukan inovasi dan kerja keras agar masyarakat sedapat mungkin meminimalisir resiko dari dampak perubahan iklim.
Hal tersebut mendorong PMI Manggarai untuk mengadakan kegiatan sosialisasi kepada lima sekolah dasar dan lima desa dan kelurahan untuk menjadi relawan. Kegiatan yang berlangsung dua hari tersebut yakni pada tanggal 17-18 juli 2025, bertujuan untuk membantu kerja-kerja PMI Manggarai termasuk langkah mitigasi dan aksi dini melalui kegiatan pengurangan risiko bencana.
Hadir dalam kegiatan tersebut, relawan PMI, anak sekolah dasar (SD), para guru, serta masyarakat Desa.
Ketua PMI Kabupaten Manggarai, Ronny Kaunang dalam kegiatan Sosialisasi Empowering Local Entities and Communities to Take Rapid Action (ELECTRA) SDK Sante, Desa Paralando, Kecamatan Reok barat menyampaikan, saat ini tantangan dan perubahan iklim sangat terasa. Pola musim berubah. Cuaca ekstrim panas maupun dingin. Kering dan basah tidak dapat memberikan kepastian bagi masyarakat seperti petani dan nelayan yang hidupnya menopang dari alam.
Lanjutnya, persoalan seperti ini jangan dianggap takdir dan segera beradaptasi. Sebagai masyarakat desa maupun siswa yang merupakan generasi penerus, jika menghadapi tantangan seperti ini, perlu terlibat di dalamnya agar dapat menemukan solusi lalu cepat bangkit dari tantangan. Hal ini yang dinamakan sikap tangguh. Selain itu juga, pemberdayaan lembaga dan komunitas seperti masyarakat desa untuk aksi dini juga merupakan salah satu bentuk ketangguhan.
PMI Manggarai melalui Program ELECTRA untuk mendukungan Palang Merah Amerika (AmCross) secara resmi telah diluncurkan pada tanggal 4 Juli 2025 ditingkat Kabupaten Manggarai dengan menghadirkan mitra terkait kebencanaan dari unsur pemerintah seperti BAPPERIDA, BPBD, PMD.
Program ELECTRA adalah lanjutan dari Program Community Ready To Act (CoRTA) yang diimplementasikan oleh 5 desa, kelurahan dan sekolah dasar yang ada di Kecamatan Reok sejak tahun 2020. Kelima sekolah dasar dan lima desa atau kelurahan tersebut adalah, SDI Jati Desa Salama, SDI Nggorang desa nggorang, SDN Reok II kelurahan Mata Air, SDK Reo III kelurahan Reok, dan SDN Reo kelurahan Baru.
Lebih lanjut, Thomas, Koordinator Lapangan (Korlap) PMI Kabupaten Manggarai mengungkapkan bahwa progam ini juga adalah lanjutan dengan landscape yang sama yakni kawasan sungai dan pesisir dengan tingkat risiko yang tinggi. Saat ini program bertambah menjadi 7 desa dan sekolah yang ada di daerah Utara Manggarai. Desa, kelurahan dan SD tersebut yakni, Desa Lemarang dan SDI Lemarang, Desa Paralando dan SDK Sante, Desa Robek dan SDI Ojang, Kelurahan Wangkung dan SDK Kedindi. Di Selatan Manggarai Desa Terong dan SDI Wae Cepang, Desa Hilihintir dan SDI Bangka Keli, Desa Cambir Leca dan SDK Narang 1.
Program ELECTRA juga sudah berjalan di level desa dan sekolah. Beberapa program diantaranya, sosialisasi maksud dan tujuan, komponen utama program, integrasi program ke dalam perencanaan dan penganggaran desa untuk keberlanjutan serta kontribusi program terhadap tingkat ketangguhan desa atau kelurahan tangguh bencana (DESTANA). Selanjutnya program pembentukan komite pengurangan resiko bencana (PRB) dan tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT).
Lanjut Thomas, demikianpun program yang ada disekolah, dengan program pendekatan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) yang juga dicanangkan pemerintah.
“Mandat PMI adalah membantu pemerintah di mana program yang belum dilakukan pemerintah atau lembaga lain menjadi pekerjaan PMI melalui program yang didanai Palang Merah Amerika,” lanjutnya.
Sedangkan perwakilan Desa Robek, Tarsisius Asis menyatakan, apresiasi atas terpilih desa Robek sebagai salah satu penerima program ELECTRA. Dia mengatakan bahwa “sejarah banjir dan juga gelombang pasang yang terjadi di desanya adalah bencana yang sering terjadi setiap tahunnya. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, dan keterampilan tentang masyarakat aman dan tangguh bencana ada sebuah keniscayaan sehingga lebih siap kedepannya”, ungkapnya.
Dari sisi perencaanaan desa, Fransiskus S. Dea selaku Pendamping Lokal Desa (PLD) desa Robek menyatakan, kegiatan membangun ketangguhan belum masif dimunculkan dalam perencanaan desa, seperti pemberdayaan masyarakat terkait pengurangan risiko bencana. Dengan adanya program PMI ini, desa bisa memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menghadapi bencana,” tegas Fransiskus.**





