Pertemuan Tak Terduga yang Mengajarkan Makna Kebaikan dan Keikhlasan

JEJAK KATA, suluhdesa.com  – Kebaikan adalah investasi tanpa kadaluwarsa. Setiap tindakan kecil yang kita lakukan dengan tulus, meskipun tampak sederhana, memiliki potensi untuk meninggalkan jejak yang abadi dalam hidup orang lain.

Oleh: Giorgio Babo Moggi

Beberapa hari lalu, saya baru saja menerima honor. Angkanya tidak terlalu besar, tetapi cukup untuk menambah biaya kebutuhan sehari-hari. Seusai informasi bahwa honor sudah ditransfer, saya keluar dari ruang kerja. Di depan pintu, saya berpapasan dengan Om Akhim, seorang pegawai senior, diikuti seorang pria tak dikenal yang langsung menyapa saya.

“Selamat pagi, Bapak. Nah, baik, saya ada perlu dengan Bapak,” ujar pria itu dengan senyuman ramah.

Saya terkejut sekaligus bertanya-tanya siapa gerangan pria ini. Wajahnya terasa asing, namun ia tampak yakin mengenali saya.

“Bapak lupa dengan saya, ya?” lanjutnya sambil tertawa kecil.

Dia kemudian memperkenalkan diri, mengingatkan saya pada sebuah pertemuan sekitar sepuluh tahun yang lalu, di gedung lama kantor gubernur. Ia bercerita bagaimana saat itu saya membantunya sebagai mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Mendengar ceritanya, ingatan saya mulai kembali. Sosok pria ini memang familiar.

Permohonan yang Menguji Niat

Tak lama kemudian, ia mengeluarkan beberapa dokumen dari tas selempangnya.

“Bapak, bantu saya dulu,” pintanya.

Saya penasaran. “Bantu apa?”

Ia menjelaskan dokumen itu ingin diproses di BPJS, tetapi gagal karena tidak memenuhi syarat. Namun, inti masalahnya bukan itu. Dengan nada lirih, ia mengaku tidak memiliki cukup uang untuk pulang ke Maliana, Timor Leste.

“Saya baru pulang dari Kalimantan, Pak. Kerja di kebun kelapa sawit, tapi penghasilannya habis untuk kebutuhan sehari-hari. Saya kehabisan uang untuk pulang,” jelasnya.

Baca Juga: Makna Kelahiran Natal dalam Aktus SMA Santo Arnoldus Janssen: Kembali ke Bethlehem yang SejatiPermintaannya sederhana:

Rp200 ribu untuk biaya perjalanan. Melihat sorot matanya yang penuh harap dan tubuhnya yang tampak lelah, saya tahu ia benar-benar membutuhkan bantuan. Tetapi, di sisi lain, keraguan menggelayut di benak saya. Bagaimana jika ia memanfaatkan situasi ini?

Namun, ingatan akan wajah-wajah mahasiswa yang pernah saya ajar menguatkan hati saya. Saya memutuskan untuk membantunya.

Obrolan di Perjalanan ke ATM

Sepanjang perjalanan menuju ATM, kami berbincang panjang lebar. Ia menceritakan masa-masa sulit saat kuliah, bagaimana ia pernah mengajukan proposal bantuan pendidikan dan bertemu saya di kantor gubernur.

“Tahun 2014, saya ingat betul bertemu Bapak di gedung lama itu. Ketika saya kesulitan saat ini, saya langsung ingat Bapak. Maka, saya datang ke sini,” katanya.

Cerita itu mengingatkan saya pada perjalanan panjang saya sendiri. Dalam rentang sepuluh tahun, saya telah berpindah-pindah kantor hingga akhirnya kembali ke tempat kerja lama ini. Namun, ia tetap ingat kepada saya dan yakin bahwa saya akan membantunya.

“Saya ketemu Bapak hari ini memang sudah ada petunjuknya,” tambahnya dengan penuh keyakinan.

Mendengar itu, saya tersenyum kecil. Kadang hidup memang seperti itu—pertemuan yang tidak direncanakan, tetapi sarat makna.

Memberi dengan Ikhlas

Sesampainya di ATM, saya memberikan uang yang diminta, ditambah sedikit uang makan. Niat awal untuk mengajaknya makan bersama harus saya batalkan karena ada tugas yang harus saya selesaikan.

Setelah menerima uang, ia tampak lega dan penuh rasa syukur.

“Terima kasih banyak, Pak. Saya tidak akan lupa kebaikan Bapak.”

Ia kemudian berpamitan. Saya kembali ke ruang kerja dengan hati yang tenang, meski sempat digelayuti berbagai pikiran tentang apa yang baru saja terjadi.

Refleksi atas Pertemuan Ini

Pengalaman siang itu membuka kembali memori tentang masa-masa sulit dalam hidup saya. Saya teringat bagaimana dulu saya juga pernah berada di posisi yang sama—berjuang melawan kesulitan finansial dan harus memberanikan diri meminta bantuan kepada orang lain.

Baca Juga: Sapaan yang Menghentikan Langkah: Pelajaran dari Seorang Penjual Kerupuk yang Menyentuh Hati

Dalam situasi seperti itu, kita sering kali tidak punya pilihan lain. Meminta bantuan adalah satu-satunya cara untuk bertahan. Namun, keberanian untuk melakukannya bukanlah hal yang mudah.

Di sisi lain, pengalaman ini juga mengingatkan saya tentang pentingnya keikhlasan dalam membantu orang lain. Terkadang, kita ragu karena takut dibohongi atau merasa bahwa alasan seseorang mungkin dibuat-buat. Tetapi, di balik keraguan itu, ada kesempatan untuk melakukan kebaikan.

Ketika kita memberi dengan ikhlas, hasilnya tidak selalu kita ketahui. Namun, setidaknya kita telah berusaha membantu seseorang keluar dari situasi sulit.

Pelajaran Berharga

Ada beberapa pelajaran penting yang saya petik dari peristiwa ini:

  1. Kebaikan Tidak Pernah DilupakanPria itu mengingat saya karena kebaikan kecil yang pernah saya lakukan sepuluh tahun lalu. Ini membuktikan bahwa setiap tindakan baik, sekecil apa pun, dapat meninggalkan jejak yang mendalam dalam hidup seseorang.
  2. Keikhlasan adalah Pilihan BijakDalam situasi seperti ini, memilih untuk membantu tanpa terlalu banyak pertimbangan adalah keputusan yang benar. Keikhlasan memberikan ketenangan hati, apa pun hasilnya nanti.
  3. Menjadi Harapan bagi Orang LainKadang-kadang, kita menjadi harapan terakhir bagi seseorang. Dalam kondisi seperti ini, membantu mereka berarti memberikan secercah harapan di tengah kegelapan.
  4. Hidup Adalah Rangkaian Pertemuan BermaknaHidup sering kali menghadirkan pertemuan yang tidak terduga. Setiap pertemuan memiliki alasan, meskipun kita tidak selalu menyadarinya.

Menjadi Cahaya di Tengah Kegelapan

Peristiwa ini mengajarkan saya bahwa menjadi cahaya bagi orang lain adalah panggilan hidup yang patut dijalani. Tidak harus menunggu menjadi kaya atau memiliki segalanya untuk bisa membantu. Kadang, hal kecil yang kita lakukan sudah cukup untuk mengubah hidup seseorang.

Kebaikan adalah bahasa universal yang dapat dimengerti oleh semua orang. Dengan melakukan kebaikan, kita tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga memperkaya hidup kita sendiri.

Ketika pria itu meninggalkan kantor saya, saya merasa damai. Saya tidak tahu bagaimana kisahnya setelah itu, tetapi saya yakin bahwa saya telah melakukan yang terbaik.

Kita tidak pernah tahu bagaimana tindakan kecil kita hari ini dapat berdampak besar di masa depan. Namun, satu hal yang pasti: kebaikan tidak akan pernah sia-sia.

Pos terkait