Penulis: Ratnawati (Dosen Jurusan Hubungan Internasional, UPN “Veteran” Yogyakarta)
SuluhDesa.com | Dewasa ini, keadaan dunia semakin terasa tanpa batas (borderless). Hal ini tentu memberikan efek luas pada transformasi habit atau kebiasaan masyarakat di dunia.
Keanekaragaman dan keunikan budaya yang dahulu hanya dapat dijangkau melalui akses konvensional seperti tulisan kertas, kunjungan (pariwisata) dan tour, telah beralih kepada nilai-nilai perluasan akses literasi melalui perkembangan teknologi informasi.
Akses pengetahuan dapat dengan mudah didapat melalui berbagai instrumen teknologi informasi terbaru.
Kemajuan teknologi memberikan ruang bagi nilai-nilai satu wilayah terhubung satu sama lain. Beragam isu dan informasi global dapat tersebar secara cepat bahkan hitungan detik.
Baca Juga: 14 Februari 2024, ANTARA TUHAN, KAU, dan DIA: RABU ABU, VALENTINE, dan DEMOKRASI
Keadaan ini tentu memberikan preferensi khusus bagi berbagai isu baru global. Beragam isu baru tersebut memerlukan respon yang cepat untuk digunakan dalam berbagai penyesuaian.
Keadaan ini menghadirkan kekhawatiran bagi publik atas dampak yang terjadi dari fenomena globalisasi. Keadaan ini terus senantiasa di antisipasi agar beragam nilai buruk dapat dicegah dan disaring dengan baik.
Hal terdekat yang dapat kita rasakan dari gelombang globalisasi adalah hadirnya era digital. Era digital atau yang sering disebut juga sebagai digitalisasi global ini memberikan transformasi pekerjaan melalui akses digital dalam berbagai bidang.
Keadaan ini apabila ditilik dari sudut pandang utama dapat langsung terdefinisikan memberikan banyak akses kemudahan. Teknologi hingga saat ini terus hadir menawarkan berbagai hal baru untuk dikembangkan.
Saat ini, berbagai ahli bidang teknologi terus melakukan upgrading teknologi untuk memuaskan pasar konsumen yang tidak pernah kenyang dalam modernisasi dan terus meminta hal lebih dalam akses teknologi modern.
Baca Juga: Inflasi NTT Januari 2024: Keseimbangan Harga di Tengah Tantangan Ekonomi
Alat komunikasi seperti gawai atau smartphone hingga saat ini menjadi salah satu pasar yang tidak pernah putus perkembangannya terkhusus pasca adanya revolusi industri.
Sejak awal ditemukannya alat komunikasi ini dari era klasik hingga modern gawai terus mengalami perkembangan secara signifikan. Berbagai nilai-nilai edukasi via konservatif seperti media alat tulis pena, pensil, dan kertas sedikit demi sedikit telah mulai ditinggalkan dan beralih menuju pada seperangkat media elektronik.
Kehadiran era digital sebenarnya dapart menjadi peluang emas bagi para pemuda, selain itu dengan hadirnya istilah global citizenship kaum muda penerus bangsa merupakan golongan yang paling mampu untuk memanfaatkan kemunculan era digital.
Konsep global citizen yang dapat dimaknai sebagai kesadaran sebagai bagian dari penduduk dunia yang berdinamika secara global dapat memanfaatkan kemudahan akses informasi yang turut mengungkap berbagai isu-isu yang muncul di berbagai bidang seperti isu lingkungan, pangan, serta iklim yang informasinya dapat tersebar luas ke seluruh dunia.
Munculnya berbagai isu-isu yang merupakan fenomena skala global menjadi topik menarik yang dapat menjadi bahan diskusi yang memerlukan solusi yang inovatif.
Sifat globalisasi yang borderless juga memungkinkan pemuda di seluruh dunia untuk berada dalam satu koridor yang sama untuk mencapai perubahan yang positif serta berdampak luas dalam menannggapi masalah yang muncul seperti perubahan iklim maupun isu-isu yang berkaitan dengan konflik untuk menciptakan solusi dan resolusi yang tepat dan menciptakan perdamaian.
Oleh karena itu, diperlukan keterbukaan dari para pemuda generasi penerus bangsa disertai dengan sifat kritis dan penuh rasa ingin tahu. Untuk membentuk karakter diri sebagai global citizen diperlukan wawasan serta rasa peka terhadap keadaan yang terjadi dalam skala global.
Meningkatnya kesadaran akan isu-isu yang berpengaruh dalam skala global sebagai dampak positif globalisasi juga turut memungkinkan adanya hubungan internasional dengan unit-unit terkecil hingga skala besar antar individu.
Oleh karena itu, Indonesia sendiri tentu tidak boleh kalah dalam memanfaatkan kesempatan emas ini. Generasi muda harus dibentuk sebagai kaum yang berpengetahuan namun tetap beretika.
Hal ini sesuai dengan kearifan lokal nusantara (local wisdom) yang beragam serta telah menjadi norma bahkan menjadi dasar hidup masyarakat. Keanekaragaman nilai dan kearifan lokal di Indonesia menjadikan Indonesia sebagai miniatur dunia.
Dengan hadirnya Pancasila untuk mengakomodir keberagaman bangsa tentu dapat menjadi dasar bagi generasi muda penerus bangsa yang siap berkolaborasi dengan masyarakat dunia untuk mewujudkan perdamaian serta pemecahan feneomena global yang menjadi tanggung jawab bersama sebagai global citizen. ***