Pelatihan PMO: Menangkal Cemas, Menuntaskan Obat

Pelatihan PMO: Menangkal Cemas, Menuntaskan Obat

Suluhdesa.com – Tingginya angka putus obat dan kecemasan pada penderita Tuberkulosis (TB) di Kelurahan Dira Tana, Kecamatan Loli, Kabupaten Sumba Barat, menjadi perhatian serius bagi dosen dan mahasiswa Program Studi Keperawatan Waikabubak, Poltekkes Kemenkes Kupang.

Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Barat tahun 2023, dari total 344 kasus TB, hanya 170 orang yang menyelesaikan pengobatan. Sementara itu, sebanyak 38 orang putus obat, 124 belum dievaluasi, dan 12 orang meninggal dunia. Di Kelurahan Dira Tana sendiri, dari 9 penderita TB, 2 orang tercatat putus obat dan 1 orang meninggal dunia. Fakta ini menjadi latar belakang pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Menanggapi situasi tersebut, tim dosen dan mahasiswa menggelar kegiatan bertajuk “Optimalisasi Peran Pengawas Minum Obat melalui Pelatihan Motivational Interviewing dan Relaksasi Otot Progresif untuk Mengatasi Masalah Kecemasan pada Penderita TB di Kelurahan Dira Tana.” Fokus utama kegiatan ini adalah memberdayakan Pengawas Minum Obat (PMO) sebagai mitra strategis dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan.

Ketua pelaksana kegiatan, Uly Agustine, S.Kp., M.Kep., menegaskan bahwa pendekatan ini tidak hanya bersifat edukatif, tetapi juga menyentuh aspek psikososial melalui penerapan teknik motivational interviewing (MI) dan relaksasi otot progresif.

“Penderita TB sering kali mengalami tekanan mental yang berat. Mereka tidak hanya butuh diingatkan untuk minum obat, tapi juga memerlukan dukungan emosional agar tetap termotivasi menjalani pengobatan hingga tuntas,” ujar Uly.

Kegiatan ini dilakukan dengan pendekatan edukatif-partisipatif, melibatkan langsung para PMO di Kelurahan Dira Tana. Tiga materi utama disampaikan secara sistematis:

  1. Pemahaman TB dan Peran PMO
    Disampaikan oleh Uly Agustine, sesi ini menekankan pentingnya peran PMO dalam proses penyembuhan penderita TB, serta meningkatkan pemahaman tentang penyakit TB Paru.

  2. Relaksasi Otot Progresif
    Dibawakan oleh Petrus Belarminus, S.Kep., Ns., M.Kep., materi ini mengajarkan teknik relaksasi fisik yang dapat digunakan PMO untuk membantu pasien mengatasi kecemasan dan stres selama masa pengobatan.

  3. Modeling dalam Motivational Interviewing
    Disampaikan oleh Shelfi Dwi Putri Retnani Santoso, S.Kep., Ns., M.Kep., materi ini berisi simulasi interaktif tentang cara berkomunikasi reflektif dan non-konfrontatif antara PMO dan penderita TB.

Metode pelatihan mencakup penyuluhan, diskusi kelompok, simulasi kasus, hingga praktik langsung teknik MI dan relaksasi. Para PMO dilibatkan aktif untuk mengidentifikasi tantangan yang mereka hadapi dan merumuskan solusi yang aplikatif.

Salah satu peserta pelatihan, Maria Lodu, PMO di RW 3 Kelurahan Dira Tana, mengungkapkan bahwa pelatihan ini sangat membantunya memahami pentingnya dukungan emosional dalam proses penyembuhan TB.

“Selama ini kami hanya fokus mengingatkan pasien minum obat. Tapi sekarang saya paham bahwa mendengarkan keluhan mereka dengan empati dan memberi motivasi juga sama pentingnya,” tuturnya.

Meskipun jumlah kasus TB di Kelurahan Dira Tana tidak terlalu tinggi, pendekatan berbasis komunitas tetap sangat dibutuhkan. Pengobatan yang tidak tuntas bisa memicu lonjakan kasus di masa depan. Tantangan utama seperti ketidakpatuhan, stigma, dan kecemasan psikologis hanya bisa ditangani melalui strategi yang komprehensif dan manusiawi.

Melalui pelatihan ini, para PMO dibekali kemampuan baru yang menjembatani kebutuhan emosional dan medis penderita TB. Pendekatan berbasis ilmu keperawatan dan nilai-nilai empati ini menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kualitas hidup penderita TB sekaligus mencegah penularan lebih lanjut.

Pengabdian ini menunjukkan bahwa kesembuhan TB tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan obat, tetapi juga oleh komunikasi yang empatik, pendampingan yang tulus, dan keberdayaan komunitas. Sinergi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat telah membuktikan bahwa perubahan menuju kepatuhan pengobatan bisa dimulai dari peran-peran sederhana—seperti PMO yang bekerja dengan hati, ilmu, dan semangat.

Pos terkait