Pater Lukas Gewa Tiala, SVD, Asal NTT Meninggal Dunia di Roma: Sosok Inspiratif yang Berbakti hingga Akhir Hayat

SULUH DESA | Kabar duka datang dari Kota Roma, Italia. Pada tanggal 29 September 2024, Pastor Lukas Gewa Tiala, SVD, yang berasal dari Flores, Nusa Tenggara Timur, dikabarkan berpulang.

Sosok yang akrab disapa Pater Adi ini meninggal dunia di usia 45 tahun setelah dirawat di sebuah rumah sakit di Roma.

Kepergian Pater Adi menjadi kehilangan besar bagi banyak pihak, terutama umat Katolik di Papua Nugini (PNG), tempat di mana ia sempat berkarya selama bertahun-tahun sebelum akhirnya ditugaskan ke Roma.

Sejak tahun 2016, Pater Lukas Gewa Tiala, SVD, mengabdikan dirinya sebagai misionaris di Papua Nugini.

Namun, pada Mei 2024, ia dipindahkan ke Roma untuk melanjutkan pelayanannya di ibu kota Katolik dunia tersebut.

Meski baru beberapa bulan bertugas di Roma, Pater Adi telah memberikan kontribusi besar bagi komunitasnya dengan karya tulis dan kegiatannya yang menyentuh banyak jiwa.

Kiprah di Papua Nugini hingga Roma

Sebelum pindah ke Roma, Pater Adi dikenal sebagai sosok yang penuh semangat dalam pelayanan pastoralnya di Papua Nugini.

Ia aktif dalam kegiatan misiologis dan terlibat langsung dalam berbagai aktivitas gereja di sana.

Ketika ditempatkan di Roma pada Mei 2024, Pater Adi langsung terjun menulis tentang berbagai topik yang terkait dengan Gereja Katolik, mulai dari kisah tentang Kota Roma, Vatikan, hingga Basilica St. Petrus.

Salah satu tulisan Pater Adi yang mendapatkan perhatian luas adalah liputannya mengenai pemilihan Uskup Agung Ende, Mgr Paulus Budi Kleden, SVD.

Dalam artikel tersebut, ia tidak hanya membahas detail proses pemilihan, tetapi juga memberikan refleksi mendalam tentang peran seorang uskup agung dalam membimbing umat di tengah tantangan zaman.

Selain itu, Pater Adi juga sempat menulis tentang kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke empat negara Asia Tenggara, yakni Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura.

Dalam tulisan-tulisannya, Pater Adi kerap kali menekankan pentingnya persatuan dan kasih dalam menghadapi tantangan global, terutama di tengah ketidakstabilan politik dan sosial yang kerap melanda.

Kehidupan Inspiratif di Roma

Meskipun baru bertugas di Roma selama beberapa bulan, Pater Adi telah meninggalkan jejak yang dalam melalui aktivitas kesehariannya.

Ia kerap berbagi refleksi dan pengalaman pribadinya melalui media sosial, terutama Facebook.

Dalam berbagai unggahannya, ia sering mengajak umat untuk menjalani hidup dengan penuh damai dan menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan.

Salah satu kutipannya yang terkenal adalah, “Hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan kebencian. Mari kita saling mencintai, karena Tuhan pasti mencintai kita.”

Selain menyebarkan pesan-pesan damai, Pater Adi juga gemar mengunjungi tempat-tempat bersejarah, seperti makam para Bapa Suci atau Paus.

Ia sering kali mengungkapkan betapa pentingnya mengenang jejak para pemimpin gereja terdahulu dalam memperkuat iman dan pengabdian kepada Tuhan.

Di tengah kesibukannya sebagai seorang pastor, Pater Adi juga memiliki hobi menyanyi.

Selama dua bulan terakhir, ia sering terlihat bernyanyi untuk merilekskan diri setelah menjalani hari-hari yang penuh tantangan, terutama karena harus mempelajari bahasa Italia di tempat kursusnya.

Meski demikian, ia tetap bersemangat dan tekun dalam menimba ilmu, sambil tetap memberikan yang terbaik dalam setiap karyanya.

Latar Belakang Pendidikan dan Pelayanan

Pater Adi memiliki latar belakang pendidikan yang luar biasa dalam bidang teologi dan misiologi.

Ia menyelesaikan studi filsafat di Philosophisch-Theologische Hochschule SVD di Jerman, sebuah lembaga pendidikan tinggi yang dikenal melahirkan para pemikir besar dalam Gereja Katolik.

Tidak berhenti di situ, Pater Adi melanjutkan studinya di Divine Word Institute of Mission Studies di Filipina, di mana ia meraih gelar lisensiat dalam teologi suci.

Sebagai seorang misionaris, Pater Adi tidak hanya aktif dalam tugas pastoral, tetapi juga sangat produktif dalam menulis.

Ia telah menerbitkan berbagai karya ilmiah terkait dengan misi Katolik di Papua Nugini.

Beberapa tulisannya yang terkenal antara lain “Mission as Crossing Borders” dan “Mission in the Public Square,” di mana ia mengajak pembacanya untuk memahami peran penting misi dalam dunia yang semakin global dan terfragmentasi.

Pater Adi juga berperan sebagai dosen di IMAVI (Institut Misiologi Arnoldus Verbi Divini), sebuah lembaga pendidikan yang berfokus pada studi misiologi.

Dalam kapasitasnya sebagai dosen, ia selalu mendorong para mahasiswa untuk tidak hanya melihat misi sebagai sebuah pekerjaan, tetapi sebagai panggilan hidup yang harus dijalani dengan penuh dedikasi dan cinta kasih.

Sosok yang Rendah Hati dan Penuh Kasih

Selain kiprahnya di bidang akademis dan pastoral, Pater Adi juga dikenal sebagai pribadi yang rendah hati dan selalu berusaha membantu sesama.

Ia terlibat aktif dalam berbagai kegiatan sosial, terutama dalam mendukung kelompok Soverdia, sebuah komunitas awam yang mendalami spiritualitas SVD di Distrik Jakarta.

Melalui komunitas ini, Pater Adi sering kali memberikan pembinaan rohani dan mendampingi umat dalam menemukan makna hidup yang lebih dalam.

Banyak orang yang mengenal Pater Adi menggambarkannya sebagai sosok yang inspiratif dan penuh kasih.

Meski telah mencapai banyak hal dalam hidupnya, ia tidak pernah membanggakan dirinya sendiri.

Sebaliknya, ia selalu mengarahkan segala pujian dan penghargaan kepada Tuhan.

“Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” (1 Tesalonika 4:14), adalah salah satu ayat yang sering dikutipnya dalam memberikan penghiburan kepada umat yang sedang berduka.

Warisan yang Ditinggalkan

Kepergian Pater Adi tentu meninggalkan duka yang mendalam bagi banyak orang, terutama mereka yang pernah merasakan kehadiran dan bimbingannya.

Namun, warisan yang ia tinggalkan, baik dalam bentuk tulisan, karya ilmiah, maupun pelayanan pastoral, akan terus hidup dan menginspirasi generasi selanjutnya.

Di tengah kesedihan ini, banyak umat Katolik yang meyakini bahwa Pater Adi kini telah bersatu dengan Kristus di surga, seperti yang ia yakini dan sampaikan dalam berbagai tulisannya selama ini.

Selamat jalan, Pater Lukas Gewa Tiala, SVD. Karya dan pengabdianmu akan selalu kami kenang. (*)

Pos terkait