Pater DR. Markus Solo Kwuta, SVD : Pencipta Lagu Bawalah Daku ke Sion, Kini Menjadi Penasihat Paus

SULUH DESA | Pada tanggal 3 September 2024, Indonesia menyambut kedatangan sosok yang sangat dinanti-nantikan, Paus Fransiskus.

Kedatangan ini bukan hanya sebuah momen spiritual yang besar bagi umat Katolik di negara tersebut, tetapi juga kesempatan mempererat dialog antaragama.

Bersama Paus, perhatian juga tertuju pada Markus Solo Kwuta, SVD, seorang figur yang mungkin tidak sepopuler Pemimpin Gereja Katolik, namun memegang peran yang signifikan dalam dialog lintas keyakinan.

Markus Solo Kwuta, mengenakan jubah putih dan kancing hitam khas biarawan, adalah pribadi yang berakar dalam teologi dan kemanusiaan.

Ia adalah seorang doktor teologi lulusan Innsbruck, Austria, dan telah mengabdikan lebih dari dua dekade hidupnya untuk misi dialog antaragama di Roma.

Kepribadian dan pengetahuannya menjadikannya diplomat teologis yang dihormati, meski tidak banyak dikenal oleh khalayak umum.

Sosok Markus bukan sekadar pendamping Paus Fransiskus dalam kunjungannya, tetapi juga simbol kerja keras dan dedikasi dalam membangun jembatan antarumat beragama.

Dengan pengalaman luasnya, ia menjadi penjaga prinsip-prinsip teologi dan mediator yang handal.

Teman-teman sekelas Markus mengenalnya sebagai sosok yang mendalam dalam kajian akademis dan rendah hati dalam interaksi pribadi, memastikan bahwa setiap langkahnya memupuk pengertian dan perdamaian.

Kehadirannya bersama Paus Fransiskus adalah pengingat akan pentingnya dialog, toleransi, dan rasa saling menghormati dalam dunia yang semakin kompleks ini.

Keahlian dan pengabdian Markus Solo Kwuta, SVD, dalam dialog antaragama telah memberikan landasan kuat untuk membangun pemahaman yang lebih baik antara berbagai kepercayaan di Indonesia dan dunia.

Awal Perjalanan Markus: Seminari Hokeng dan Bakatnya yang Istimewa

Markus memulai perjalanan spiritual dan akademiknya di Seminari Hokeng pada tahun 1984, sebuah langkah penting yang akan membentuk masa depannya.

Keputusan ini bukan hanya wujud dari komitmennya terhadap panggilan rohani, tetapi juga kesempatan bagi Markus untuk mengasah berbagai bakatnya yang menonjol.

Di antara para siswa lainnya, Markus segera menonjol tidak hanya karena prestasinya dalam studi tetapi juga melalui kepribadiannya yang rendah hati dan bersahaja.

Salah satu bakat istimewa Markus yang menarik perhatian para pengajar dan rekan-rekannya adalah kemampuan bernyanyinya.

Suaranya yang merdu menjadikannya solis utama dalam paduan suara seminari, sebuah kehormatan dan tanggung jawab yang diterimanya dengan penuh semangat.

Melalui perannya sebagai solis, Markus belajar menghargai kekuatan musik dalam kehidupan spiritual dan komunitasnya.

Tidak hanya dalam musik, Markus juga menunjukkan bakat yang luar biasa dalam bidang bahasa.

Di Seminari Hokeng, kemampuan bahasa Markus berkembang pesat, terutama dalam bahasa Arab dan Jerman.

Ketekunan dan keuletannya dalam mempelajari bahasa-bahasa asing ini mengesankan para pengajarnya.

Penguasaan bahasa yang luas ini memberikan Markus perspektif global yang lebih dalam, yang kelak menjadi bagian integral dari pelayanannya di kemudian hari.

Selain prestasi akademik dan kemampuan seninya, kepribadian Markus yang rendah hati dan sikapnya yang ramah menjadi sorotan di antara rekan-rekannya.

Kesederhanaan dalam berperilaku dan kedalaman dalam berpikir membuatnya dihormati dan disayangi oleh komunitas seminari.

Markus menunjukkan bahwa bakat dan kemampuan luar biasa sebaiknya diimbangi dengan kerendahan hati dan komitmen untuk melayani orang lain.

Pengembangan Bakat di Novisiat Nenuk dan Studi Lanjutan di Innsbruck

Pada masa novisiat di Nenuk (1988-1989), Markus mulai menunjukkan tanda-tanda kemampuannya yang luar biasa.

Di tempat ini, kemampuan sepak bolanya menjadi pusat perhatian. Dikenal karena tendangannya yang kuat dan akurat, Markus tidak hanya bermain dengan semangat tetapi juga membawa harapan bagi timnya.

Tendangan kaki kanan Markus, yang sering kali menentukan hasil pertandingan, menjadi simbol awal dari langkah besar yang akan ia capai kelak, jauh dari kaki gunung Lewotobi di Lewouran.

Perjalanan Markus tidak berhenti di lapangan sepak bola.

Keinginan untuk menambah pengetahuan membawanya ke Innsbruck, Austria, untuk melanjutkan studi teologi.

Di sini, Markus mendalami ajaran agama dan memperluas wawasannya melalui berbagai diskusi dan penelitian akademik.

Pengalaman di Innsbruck tidak hanya memperkaya pengetahuan teologisnya, tetapi juga memperluas jaringan intelektualnya.

Setelah menyelesaikan studinya di Innsbruck, Markus melanjutkan perjalanan intelektualnya ke Roma dan Kairo.

Di dua kota ini, ia mendalami islamologi, cabang ilmu yang berkaitan dengan studi Islam secara mendalam.

Kehadirannya di Kairo, pusat pembelajaran Islam, memberinya perspektif baru tentang interaksi antaragama dan memperkuat pemahamannya akan pentingnya dialog antaragama.

Di Roma, Markus tidak hanya belajar tetapi juga berkontribusi sebagai penasihat untuk Paus dalam urusan dialog antaragama, menunjukkan kemampuannya untuk berpikir dan berkomunikasi di panggung internasional.

Dengan bekal ilmu yang diperolehnya dari Nenuk hingga Kairo, Markus tumbuh menjadi pribadi dengan integritas dan pengetahuan luas.

Setiap langkah dalam perjalanannya mencerminkan tekad dan dedikasinya untuk menciptakan dialog yang harmonis antara berbagai agama, mengukuhkan posisinya sebagai penanda harapan di kancah internasional.

Kepulangan ke Tanah Air: Harapan dan Impian Teman-Teman Sekelas

Teman-teman sekelas Markus mengimpikan suatu hari ia akan kembali ke Indonesia untuk membagikan ilmunya dan menjadi berkat bagi tanah air.

Mereka menyimpan harapan besar bahwa kedatangannya bersama Paus Fransiskus bukan sekadar kunjungan, melainkan langkah mendekat kembali ke akar-akar yang memupuknya.

Keberhasilan Markus, yang selalu menunjukkan ketekunan dan kerendahan hatinya, menjadi cermin bagi banyak orang tentang makna keseriusan dan dedikasi.

Markus telah melangkah jauh dari lingkungan yang membesarkannya.

Teman-teman sekelasnya selalu melihatnya sebagai individu yang berkomitmen penuh, selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap kesempatan.

Pengetahuan dan kebijaksanaan yang ia peroleh selama ini diharapkan banyak orang untuk dibagikan kembali ke tanah air, memberikan inspirasi dan motivasi kepada generasi muda Indonesia.

Mereka percaya bahwa kehadirannya bisa memberikan perubahan positif yang sangat dinantikan.

Lagu karyanya, ‘Bawalah Daku ke Sion’, tidak pernah pudar dari ingatan mereka. Lagu ini sering dinyanyikan dengan penuh semangat, menjadi simbol harapan dan inspirasi.

Lirik-liriknya seakan menjadi doa yang terus-menerus diulang, mengingatkan pada perjuangan dan ketekunan Markus dalam mencapai mimpinya.

Lagunya merefleksikan aspirasi bersama, membangkitkan semangat juang untuk meraih hal-hal yang lebih besar.

Keberadaan Markus di Indonesia juga disambut dengan antusiasme oleh masyarakat yang mengenalnya sebagai simbol harapan.

Pengharapan mereka adalah bahwa Markus, dengan segala ilmu dan pengalaman yang ia bawa, akan turut andil dalam membangun masa depan yang lebih cerah bagi Indonesia. (*)

Sumber: Artikel ini disadur dari dari halaman Facebook Robert Bala. Robert Bala adalah penulis, juga teman kelas, sahabat karib P. Dr. Markus Solo Kwuta SVD.

Pos terkait