Mendes Yandri Susanto “Belanja Masalah” di Desa: Pendekatan Baru Pembangunan Desa di Indonesia

Jakarta, Suluhdesa.com – Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Yandri Susanto mengungkapkan komitmennya untuk menyambangi desa-desa di seluruh Indonesia guna memahami kebutuhan langsung dari masyarakat desa melalui metode yang ia sebut sebagai “belanja masalah.”

Dengan cara ini, Mendes Yandri bertemu langsung dengan warga, bahkan menginap di rumah Kepala Desa untuk berbicara dari hati ke hati, menggali permasalahan yang dihadapi masyarakat desa.

“Saya belanja masalah dengan berbicara dari hati ke hati, menginap di rumah Kepala Desa untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam,” ungkap Mendes Yandri dalam Rapat Kerja dengan Komisi V DPR pada Kamis (17/11/2024).

Langkah ini diambil untuk memberikan pendekatan yang lebih manusiawi, mengutamakan komunikasi langsung antara pemerintah dan masyarakat desa yang memiliki kebutuhan yang kerap kali luput dari perhatian di tingkat pusat.

Menggandeng Swasta untuk Pembangunan Desa

Selain menyerap aspirasi langsung dari masyarakat, Mendes Yandri juga berfokus pada peran aktif sektor swasta melalui Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendukung pembangunan desa tertinggal.

Dalam forum yang digelar dua minggu sebelumnya, sebanyak 400 perusahaan menyatakan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam mendukung pembangunan desa.

“Kami sudah membuka forum kemarin, ada 400 perusahaan yang akan berkontribusi dalam pembangunan desa tertinggal melalui CSR mereka,” jelas Mendes Yandri.

Langkah ini dinilai sebagai inovasi dalam mengoptimalkan potensi desa melalui sumber daya yang ada, mengingat potensi dan kebutuhan desa yang beragam memerlukan dukungan yang lebih luas.

Desa Menjadi Prioritas Strategis

Pada rapat yang dipimpin oleh Ketua Komisi V DPR Lazarus, Mendes Yandri juga memaparkan kondisi desa-desa dan daerah tertinggal di Indonesia.

Data menyebutkan bahwa ada sekitar 75.265 desa dengan total populasi mencapai 202 juta jiwa, yang mana 73 persen di antaranya tinggal di desa.

Hal ini menjadi alasan mengapa pembangunan desa menjadi prioritas strategis yang harus ditangani dengan serius.

Dana Desa yang telah dikucurkan pemerintah sejak 2015 hingga 2024 mencapai Rp610 triliun.

Mendes Yandri menegaskan pentingnya mengawasi agar Dana Desa tersebut dapat digunakan tepat sasaran dan berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat desa.

“Kami sudah membentuk tim dan membuat roadmap pengawasan agar Dana Desa digunakan dengan efektif,” tegasnya.

Pada tahun 2025 mendatang, sekitar 20 persen dari alokasi Dana Desa sebesar Rp71 triliun akan diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan di desa.

Peran Pendamping Desa dan Potensi Ekonomi Desa

Dalam memaksimalkan program-program pembangunan desa, Mendes Yandri mengandalkan 34 ribu pendamping yang bertugas di seluruh desa di Indonesia.

Namun, kendala masih dihadapi mengingat ada sekitar 10.463 desa yang masuk dalam kategori Desa Tertinggal dan Desa Sangat Tertinggal, serta 36 kabupaten yang masih berada dalam status daerah tertinggal.

Salah satu potensi besar yang diidentifikasi Mendes Yandri adalah pengembangan wisata desa.

Dari 27 ribu desa yang memiliki potensi wisata, baru sekitar enam ribu Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang mengelola sektor tersebut.

Mendes Yandri berharap lebih banyak desa yang dapat mengembangkan potensi wisata mereka sebagai salah satu sumber pendapatan lokal yang berkelanjutan.

“Potensi wisata desa adalah sumber ekonomi yang besar dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat jika dikelola dengan baik,” ujarnya.

Peringatan Ulang Tahun dan Dukungan dari DPR

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Komisi V DPR Lazarus memberikan apresiasi terhadap kinerja Mendes Yandri, menyebutnya sebagai sosok yang memiliki kompetensi dan dedikasi untuk memajukan desa-desa di seluruh Indonesia.

“Pak Yandri adalah sosok yang mumpuni, semoga beliau terus diberikan kekuatan dalam memajukan desa-desa di Tanah Air,” ucap Lazarus seraya memberikan doa khusus di momen ulang tahun ke-50 Mendes Yandri.

Dukungan ini diharapkan dapat memberikan semangat baru bagi Mendes Yandri untuk terus mengembangkan desa tertinggal di berbagai wilayah Indonesia.

Tantangan dan Harapan di Masa Depan

Dalam menghadapi berbagai tantangan, Mendes Yandri menekankan bahwa pembangunan desa membutuhkan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pemerintah pusat hingga tingkat desa, termasuk dukungan sektor swasta.

Pendekatan langsung yang diusung melalui “belanja masalah” merupakan langkah baru yang diharapkan dapat mendekatkan pemerintah kepada masyarakat dan menghadirkan solusi yang tepat.

Dengan adanya kontribusi CSR dari perusahaan-perusahaan, pengembangan desa dapat lebih cepat tercapai dan membuka peluang baru bagi desa tertinggal untuk bertransformasi.

Dengan visi yang kuat dan pendekatan yang lebih langsung, Mendes Yandri Susanto mengharapkan agar desa-desa di Indonesia dapat berkembang secara berkelanjutan dan mandiri, memberikan dampak positif pada kualitas hidup masyarakatnya.

Pos terkait