Jaab Kunst (1930): Perekam Jejak Estetika Musik Flores

 

OPINI, suluhdesa.com | Semangat inilah yang menurut saya perlu diadopsi oleh masyatakat NTT terutama akademisi dan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Melalui semangat kecintaan dan kesadaran akan kekayaan intelektual masyarakat tradisi inilah, kita bersama pemerintah menggali kekayaan seni tradisi NTT.

Oleh: Charles Jama, Dosen Seni Universitas Nusa Cendana

Beberapa waktu lalu etnomusikolog asal Belanda Dr. Barbara Titus dan Dr. Citra Aryandari dari Institut Seni Indonesia Jogjakarta berkunjung ke Provinsi Nusa Tenggara Timur. Maksud kunjungan mereka adalah untuk sosialisasi tentang dokumentasi karya seni NTT yang direkam oleh etnomusikolog ternama Jaab Kunst.

Berbagai sumber menginformasikan bahwa Jaab Kunst berada di Nusantara (baca Indonesia) sejak 1919 sampai 1934. Ia sangat tertarik dengan kebudayaan khususnya seni Nusantara saat itu. Karena ketertarikannya terhadap seni Nusantara inilah sehingga ia memutuskan untuk menetap di Indonesia.

Sejak saat itu ia berkeliling di Indonesia dan mulai mengumpulkan berbagai karya-karya seni Nusantara termasuk di Flores Nusa Tenggara Timur. Sebagai seorang kurator di Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (sekarang Museum Nasional), tentu ia sangat paham tentang karya seni Nusantara. Dalam bidang etnomusikologi, Jaab Kunst telah menggunakan teknik yang bagus dalam mendokumentasi karya seni nusantara saat itu.

Selama tahun 1930, Jaab Kunst mulai mengelilingi Indonesia, melakukan riset dan mendokumentasi aktivitas seni termasuk di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Flores. Atas jasa Jaab Kunst inilah etnomusikolog saat ini mendapat akses tentang informasi karya seni Indonesia. Karya besar Jaab Kunts untuk dokumentasi karya seni di NTT tentunya perlu disambut baik oleh pemerintah, seniman, dan akademisi sebagai bukti bahwa pemilik seni ini mencintai karya-karya seni adiluhung leluhurnya.

Menggali Kembali Seni NTT

Dalam kunjungan itu, tim kecil ini menampilkan karya-karya dokumentasi Jaab Kunst selama ia berada di Flores. Karya dokumentasi itu diantaranya, film bisu, foto-foto alat musik, tarian, rekaman nyanyian, ritual dan seni pertunjukan lainnya. Saat menampilkan dokumentasi karya Jaap Kunst, tim mengajak peserta berdiskusi. Inti diskusi adalah menggali pengetahuan peserta yang hadir terkait dokumentasi karya Jaab Kunst.

Tidak semua peserta mengenal karya seni yang didokumentasi oleh Jaap Kunst. Ini artinya, banyak kebudayaan NTT telah hilang dan tidak dikenal lagi oleh generasi sekarang. Hal ini tentu menjadi persoalan serius sebab bukan saja bentuknya yang hilang namun makna seni itu juga ikut terkubur dalam perkembangan dunia.

Barangkali ini menjadi alasan tepat tim melakukan kegiatan diskusi di Aula kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sebab salah satu tanggungjawab pemerintah NTT melalui dinas P&K adalah menggali, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan, termasuk seni.

Meskipun kegiatan ini tidak dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan saat itu. Kegiatan ini berjalan dengan baik dan peserta antusias mengikuti. Hal ini terlihat dari respons dana da komitmen kuat dari peserta untuk menggali seni tradisi NTT. Komitmen ini tentu perlu mendapat dukungan dari pemerintah Provinsi NTT. Termasuk dukungan dana umpamanya.

Menggali kembali seni NTT bukan pekerjaan mudah. Butuh komitmen dan kerja keras seluruh elemen terkait untuk mewujudkannya.

Pertama, komitmen dari kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT. Komitmen kepala Dinas sangat dibutuhkan untuk terwujudnya penggalian seni-seni NTT. Hal ini lebih penting daripada kebijakan baru masuk kantor jam 5.30 pagi bagi para pegawainya. Karena masuk kantor bukanlah skala prioritas, mengingat ada pekerjaan yang lebih penting dari sekadar masuk kerja jam 05.30 pagi.

Kedua, kerja keras bidang kebudayaan. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tentu memiliki orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Mereka inilah yang dapat menerjemahkan komitmen kepala dinas. Kalaupun belum maksimal dalam menerjemahkan komitmen kepala dinas, mereka bisa dibantu oleh para akademisi di daerah ini. Saya kira sumber daya manusia NTT di bidang seni sudah banyak. Akademisi di NTT dalam bidang ini memiliki kapasistas yang mumpuni untuk mengelolanya.

Sekali lagi, akademisi lokal perlu dilibtakan. Ini yang saya katakana perlunya melibatkan berbagai elemen di dalam menggali seni tradisi di NTT. Kenapa penting melibatkan akademis lokal NTT? Selain sebagai pewaris dan pemilik seni, mereka juga bertanggungjawab dalam mengembangkannya. Baik dalam bentuk karya baru maupun pengayaan seperti buku ajar seni NTT.

Memanggil Semangat Jaap Kunts

Sebagai seorang etnomusikolog dan kurator, Barbara Titus berperan dalam mempublikasi karya-karya Jaab Kunts. Ia berusaha untuk mendigitalisasi karya-karya tersebut agar dapat diakses oleh publik.

Masyarakat NTT, terutama dinas terkait dan para seniman maupun akademisi yang bergerak dalam bidang etnomusikologi, tentu menyambut baik hal ini. Kita patut bergembira karena mereka telah berinisiatif dalam mendigitaliasi karya seni NTT yang telah didokumetasi oleh Jaab Kunst.

Sebagai pemilik (orang dalam) seni, kegembiraan ini tidak cukup dengan ekpresi verbal. Semangat digitalisasi dokumentasi seni NTT ini adalah sebuah spirit. Sebuah bentuk dorongan pada provinsi kita untuk menggali kekeyaan seni NTT. Seperti yang telah dilakukan oleh Jaap Kunts Sembilan puluhtiga tahun yang lalu. Ini berarti karya-karya dokumentasi Jaab Kunts hampir memasuki satu abad lamanya.

Sekali lagi, dukungan pemerintah terutama bidang kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudyaan tetap diperlukan.

Dalam diskusi tersebut, ada pertanyaan yang dilontarkan kepada Dr. Barbara. Apa manfaat dari pendigitalisasian ini? Dengan tegas ia menjawab, Soal filosofis. Mereka ingin karya-karya seni yang hampir punah dan bahkan telah hilang ini harus kembali ke pemilik budaya. Jawaban ini mendapat perhatian serius para peserta diskusi. Itu artinya, ada semangat yang menggelora untuk menggali seni-seni di NTT. Melalui keterlibatan pemiliknya (orang dalam) untuk menggali kembali seni NTT adalah cara membangun kesadaran. Sebab bukan saja tentang pelestariannya akan tetapi, memahami filosofi dari seni-seni itu.

Saya kira, filosofi inilah yang memberi semangat peserta untuk terlibat aktif dalam menggali seni NTT. Sebab bukan bentuk seninya saja yang diperoleh, tetapi nilai-nilai yang terdapat dalam seni itu akan menjadi kekuatan dalam membangun daerah ini.

Semangat yang kuat dalam menggali seni di NTT, tentu, sekali lagi perlu dukungan dan perhatian pemerintah NTT. Program ini akan bisa berjalan apabila mendapat dukungan pemerintah NTT. Dukungan pemerintah NTT sangat penting karena pemerintah memiliki akses yang cukup baik secara kelembagaan maupun finansial.

Kembali ke semangat Jaab Kunst.  Jaab Kunts, dari informasi yang disampaikan oleh Dr. Barbara memiliki idealisme tentang seni tradisi.  Dalam kerja dokumentasi masa lampau itu, ia berbeda pandangan dengan pemerintahan Belanda tentang dokumentasi seni tradisi. Bagi Jaab Kunts, pemerintahan Belanda memiliki misi politis dalam dokumentasi tersebut. Sedangkan Jaab Kunts memiliki semangat yang berbeda dalam mendokumentasi seni tradisi saat itu. Ia mendokumentasi seni tradisi nusantara karena terdorong untuk melestarikan kekayaan intelektual masyarakat tradisi.

Semangat inilah yang menurut saya perlu diadopsi oleh masyatakat NTT terutama akademisi dan pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Melalui semangat kecintaan dan kesadaran akan kekayaan intelektual masyarakat tradisi inilah, kita bersama pemerintah menggali kekayaan seni tradisi NTT.   (*)

Pos terkait