Energi Panas Bumi dan PLTS: Solusi Jangka Panjang Atasi Krisis Energi Fosil di NTT

Kupang, suluhdesa.com – Energi panas bumi (geothermal) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis energi fosil yang semakin menipis. Selain pemanfaatan energi terbarukan dari tumbuhan organik seperti yang diterapkan pada PLTU Timor 1 dan PLTU Bolok, pengembangan PLTS dan geothermal menjadi kunci untuk memenuhi pasokan listrik bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT).

Rencananya, beberapa lokasi di Pulau Timor akan dibangun PLTS, sementara di Flores telah dikembangkan energi geothermal yang bersumber dari uap panas bumi, seperti di Mataloko, Poco Leok, dan Atadei.

Bacaan Lainnya

Bobi Ropson Sitorus, Manager Perizinan PT PLN UIP Nusra, dalam pertemuan dengan wartawan pada Rabu, 22 Oktober 2025, menyampaikan bahwa PT PLN menghadapi berbagai tantangan, termasuk penolakan terhadap pengembangan energi panas bumi di beberapa wilayah Flores. Namun, PLN terus berupaya berkolaborasi dengan masyarakat dan media sebagai penyampai informasi yang positif.

“Untuk geothermal, PT PLN berupaya menghargai hak ekosistem masyarakat adat dengan tidak merusak lingkungan dan terus mengedukasi tentang pentingnya energi listrik dari panas bumi,” ujar Bobi. Ia menambahkan bahwa energi fosil sebagai bahan bakar PLTU dan PLTD suatu saat akan habis, sehingga geothermal dan PLTS menjadi alternatif untuk masa depan.

Saat ini, kebutuhan energi listrik di Pulau Flores lebih tinggi dibandingkan Pulau Timor karena banyaknya industri. Bobi Sitorus juga menjelaskan saat memonitoring PLTU Timor 1 di Air Cina bersama 30 wartawan, mengungkapkan perbedaan signifikan antara geothermal dan pertambangan. Kedalaman sumur geothermal maksimal mencapai 2000 meter, sementara sumur bor geothermal di Mataloko hanya 600 meter dengan diameter yang lebih kecil.

Ia menjelaskan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memahami perbedaan antara geothermal dan pertambangan, yang seringkali menjadi perdebatan seperti pada kasus penolakan geothermal di Poco Leok dan Mataloko.

Berikut adalah perbedaan utama antara geothermal dan pertambangan:

1. Tujuan: Geothermal menghasilkan listrik dari panas bumi, sedangkan pertambangan mengambil bahan galian seperti batubara, logam, dan mineral.
2. Cara Kerja: Geothermal mengalirkan uap panas bumi melalui sumur tertutup, sementara pertambangan menggali, mengebor, dan mengangkat material.
3. Bentuk Fisik: Geothermal memiliki sumur kecil, pipa, dan instalasi pembangkit, sedangkan pertambangan menciptakan lubang besar dan mengubah lanskap.
4. Limbah: Geothermal hampir tidak menghasilkan limbah dan akan kembali ke bumi, sementara pertambangan menghasilkan limbah padat dan air asam yang berpotensi mencemari lingkungan.
5. Risiko Lingkungan: Geothermal memiliki risiko lingkungan yang rendah, terukur, dan dapat dimitigasi, sedangkan pertambangan memiliki risiko lingkungan yang tinggi, tergantung pada jenis dan skala kegiatan.
6. Sumber Energi: Geothermal adalah sumber energi terbarukan, sedangkan pertambangan menggunakan sumber energi yang tidak terbarukan.
7. Status Hukum: Geothermal bukan kegiatan pertambangan menurut undang-undang, sedangkan pertambangan diatur dalam rezim pertambangan.**

Pos terkait