3 Langkah Membangun Desa Wisata, Pariwisata NTT Bisa Mendunia

KUPANG, suluhdesa.com | Ungkapan Nusa Tenggara Timur adalah Indonesia mini sangat tepat. Keberagaman budaya, adat istiadat, agama, keyakinan, bahasa dan sebagai ada di sini.

Maka ketika orang menyematkan NTT sebagai New Bali sebenarnya sematan itu tidak tepat bila kita merujuk pada keunikan NTT di atas.

Bali memiliki budaya yang homogen. Budaya dan tradisi Bali. Seni pertunjukan atau pergelaran budaya semata-mata budaya Bali.

Bahwa Bali kini menjadi pulau yang terbuka, itu soal lain akibat interaksi sosial dunia dan sebagai dampak dari pariwisata itu sendiri.

Bali adalah Bali. NTT adalah NTT. NTT dengan segala keunikannya baik tradisi, agama maupun alamnya.

Sebagai contoh, ketika obyek wisata alamiah Bali ‘habis’, para pelaku mulai mengembangkan obyek wisata buatan.

Satu sisi kita mengeksploitasi alam. Alam tidak sesuai dengan aslinya lagi. Tetapi NTT tidak demikian.

Jika anda mengilingi NTT, masih banyak alam kita masih perawan dalam arti belum tersentuh perbuatan tangan manusia.

Kita memang patut berbangga tetapi sekaligus kita tetap waspada. Perkembangan dunia yang tak terbendung, kealamiahan NTT bisa tergerus.

Untuk menjaga dan merawat NTT yang masih natural ini, kita perlu melibatkan segenap masyarakat terutama dimulai dari masyarakat desa.

Masyarakat desa yang memiliki hak ulayat atas tanah yang berpotensi menjadi obyek wisata.

Desa harus digerakan dan diarahkan untuk mengelola pariwisata sebagai potensi pendapatan desa.

Saat ini, pemerintah desa di NTT masih berkutat dengan persoalan administratif dan pelayanan masyarakat. Mereka belum melirik potensi di desanya sebagai sumber pendapatan mereka.

Desa Ulu Loga di Nagekeo dan desa Detusoko Barat di Ende yang dikomandoi Nando Watu bisa menjadi role model. Inilah satu-satu desa yang memiliki visi pariwisata berorientasi masa mendatang.

Ketika kepala desa lain berkutat pada soal pelayanan normatif, Nando melangkah lebih maju dengan konsep desa wisata.

Konsep wisata desa telah lama ada, tetapi belum dilirik oleh semua pihak terutama para kepala desa pada saat kelimpahan dana desa yang digelontorkan pemerintah pusat.

Mereka malah mengalami kebingungan, mau buat apa dengan dana desa?

Wisata desa merupakan aktivitas kepariwisataan yang menonjolkan keunikan desa tersebut seperti pemandangan alam, kuliner lokal, cenderamata, penginapan dan sebagainya.

Jika dijabarkan secara nyata, wisata desa sebagai upaya untuk  mengajak wisatawan  berkunjung ke desa, melihat dan mempelajari keaslian desa sesuai dengan keunikan dan potensi desa yang dimilikinya.

Dalam rangka mendukung kegiatan wisata desa, diperlukan penguatan konsep desa wisata. Apa itu desa wisata?

Wisata desa dan desa wisata saling beririsan satu sama lain. Sejauh ini wisata desa bisa saja digerakan oleh orang perorangan, komunitas tertentu atau kampung tertentu.

Alangkah lebih kuat mendorong program wisata desa, diperlukan gerakan desa wisata yang lebih luas dan bila perlu menyeluruh.  Lantas, apa itu desa wisata?

Dikutip dari digitaldesa.id, desa wisata merupakan kelompok masyarakat atau  penduduk suatu wilayah yang saling berinteraksi secara langsung dan memiliki kepedulian serta kesadaran  bersama dengan memanfaakan ketrampilan individu masing-masing.

Dengan konsep desa wisata  ini, masyarakat diberdayakan dan sekaligus sebagai  pelaku dalam rangka meningkatkan kesiapan dan kepedulian dalam menyikapi potensi pariwisata atau lokasi daya tarik wisata di wilayah desa.

Dilansir dari digitaldesa.id, untuk  mambangun desa wisata diperlukan memperhatikan 3 aspek, yaitu pertama, kondisi existing (kondisi sekarang) desa.

Desa harus memiliki basis data yang kuat dan jelas tentang kepemilikan lahan, lokasi serta bagaimana ekosistem yang dapat membantu lokasi wisata nantinya.

Memperoleh data yang akurat,  dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan seperti pengumpulan data dan kerjasama dengan berbagai pihak ketiga seperti pertanahan dan tokoh adat.

Kedua,  kondisi  masyarakat dan struktur organisasi. Idealnya desa wisata  dikelola oleh desa sendiri demi keberlanjutannya.

Di sini, diperlukan organisasi khusus yang mengurusi desa wisata serta  ada pihak yang menentukan arah desa wisata.

Terakhir, konsep desa wisata yang unik. Ide desa wisata harus orisinal dan sekaligus menjadi  pembeda antara wisata lain di daerah lain.

Pembentukan konsep desa wisata ini dimulai dengan pemetaan wilayah di awal kegiatan. (gbm)

Pos terkait